Wednesday, October 17, 2018

Sifat Manusia; ingin mendapatkan kapital lengkap dan sempurna (Renungan dalam menjaga semangat kehidupan dan persahabatan)


Sifat Manusia; ingin mendapatkan kapital lengkap dan sempurna
(Renungan dalam menjaga semangat kehidupan dan persahabatan)

Dalam suasana tidak nyaman yang dirasakan saat ini, saya mencoba merenung dan mencari secercah solusi di relung pemikiran terdalam. Apa sebenarnya hakekat kehidupan manusia? Diusia yang hampir menginjak 50 (lima puluh) tahun ini, saya seharusnya sudah bisa dengan jernih menata ruang pikiran dan hati. Karena di usia yang sudah tidak muda ini, kalau tidak dikatakan cukup matang secara pengalaman dari terpaan pahit manisnya kehidupan yang telah mengajarkan banyak hal. Apa sebenarnya yang masih harus dicari? Berbahagialah bagi yang telah menemukan “pencarian” itu, selagi saya masih memperjuangkannya. Angan saya kemudian menangkap sebersit kata dalam jutaan nomenklatur di computer kepala tentang dinamika kehidupan manusia, yaitu adanya hasrat atau keinginan (willingness) keduniawian.
Hasrat atau keinginan dalam pandangan Maslow tentang teori kebutuhan atau hierarchy of need menurut saya masih terlalu umum dan luas untuk menjelaskan dan membedah isi pikiran sederhana namun mengusik ini. Maka dalam membedah terminology hasrat atau keinginan tersebut, saya ingin fokus pada pandangan Bourdieu melalui konsep capital atau modal.  
Sebelum mengupas tentang konsep capital atau modal, sebaiknya saya memberikan sedikit ilustrasi tentang Bourdieu. Nama lengkapnya adalah Pierre Bourdieu,  dilahirkan pada 1 Agustus 1930 di Denguin, Prancis dan meninggal pada 23 Januari 2002 di Paris, Prancis. Bourdieu dikenal sebagai seorang intelektual publik yang lahir dari pengaruh pemikiran Emile Zola dan Jean-Paul Sartre. Konsep-konsep yang  dikembangkannya sangat berpengaruh di dalam analisis-analisis sosial maupun filsafat di abad ini. beberapa konsepnya adalah habitus, arena, capital, pendidikan, pembedaan (distinction), dominasi simbolik, bahasa,  dan perubahan sosial yang semuanya ditulis dalam Bahasa Perancis.
Kembali kepada konsep capital (modal), Bourdie secara tegas membagi menjadi 4 (empat), yaitu modal budaya (cultural capital), modal ekonomi (capital economy), modal sosial (capital social) dan modal simbolik (symbolic capital). Keempat modal itulah dalam pandangan Bourdieu yang menjadi keinginan manusia untuk dimiliki secara lengkap dan sempurna. Apakah bisa? Tentu saja manusia bisa memiliki ke 4 (empat) modal tersebut. Hanya tergantung prosentase kepemilikannya, ada yang memiliki modal tersebut secara lengkap dan sempurna, ada yang sebagian lengkap dan tidak sempurna dan lain sebagainya. Bagaimana pengertian lengkap dan sempurna? Di poin inilah saya ingin mencontohkan dengan mengurai kegundahan pencapaian modal tersebut.
Secara sederhana perjalanan kehidupan dan karier saya bisa dikalkulasi secara kualitatif bahwa diantara ke 4 (empat) modal tersebut, maka modal budaya dan modal sosial yang saya miliki lebih unggul dibandingkan dengan modal ekonomi dan modal simbolik. Modal budaya terkait ilmu pengetahuan yang diperoleh dan pengalaman, khususnya jika dikaitkan dengan arena berupa interaksi di dunia internasional. Sementara modal sosial terkait dengan kuantitas jaringan (network) maupun persahabatan. Modal sosial lebih tepat dimiliki karena sifat extrovert, mudah bergaul (supel) dalam bersosialisasi. Lalu bagaimana dengan modal ekonomi dan modal simbolik? Saya secara sadar memiliki keduanya, namun tidaklah sekuat modal budaya dan modal sosial. Modal ekonomi yaitu sesuatu yang bersifat finansial (uang, tabungan), kebendaan (rumah, kendaraan, tanah, dll)  dan modal simbolik berkaitan dengan jabatan atau posisi karier.
Dalam uraikan saya diatas, disebutkan bahwa modal budaya dan modal sosial lebih unggul dibandingkan dengan modal ekonomi dan modal simbolik. Lalu, apakah bisa dirubah untuk menjadikan modal ekonomi atau modal simbolik lebih unggul dari modal lainnya? Apapun rencananya, tentu saja bisa menetapkan modal mana yang mau dikumpulkan atau diperkuat. Namun sepenuhnya harus disadari bahwa tidak semua modal tersebut bisa dicapai secara lengkap dan sempurna dalam waktu bersamaan. Apakah ada orang yang berhasil mencapai semua modal itu dengan lengkap dan sempurna? Tentu saja ada dan bisa dilihat contoh tersebut disekeliling, baik atasan atau pimpinan, rekan sekerja atau bahkan bawahan kita. Dan itulah yang dicari semua orang, mendapatkan semua modal secara lengkap dan sempurna atau kuat.
Dari keempat modal tersebut, Bourdieu menyarankan untuk memperkaya dan mengumpulkan modal budaya (pengetahuan dan pengalaman). Menurutnya dengan modal budaya, kita bisa mendapatkan modal lain dengan benar secara etika dan beradab. Walaupun dewasa ini,  dengan modal ekonomi, manusia bisa dengan mudah mengubah (convert) melalui cara membeli modal budaya (membeli ijasah), mengembangkan habitus “bossy” untuk mendapatkan modal sosial bahkan melakukan praktek politik uang untuk mendapatkan modal simbolik. Sementara untuk mendapatkan modal simbolik yang merupakan the highest achievement, orang harus berjuang dan berupaya melalui akumulasi modal yang lain.
Perjalanan kehidupan tidaklah seperti hitungan matematika yang serba pasti, namun tetap melalui sebuah proses berfikir yang kita sering sebut rencana atau planning. Kita bisa saja merumuskan rencana, modal mana yang akan kita perkuat atau kumpulkan. Akumulasi modal sosial yang kuat, ternyata bisa untuk mendapatkan modal ekonomi, modal budaya bahkan modal simbolik. Seperti seorang yang memiliki jaringan kuat, baik pemerintahan, politik, internal maupun eksternal sebuah institusi tiba-tiba memiliki modal simbolik. Maka komentar orang-orang akan mengatakan, “pantas,…karena dia memiliki jaringan yang luas”.
So, bagaimana mekanisme untuk mewujudkan perolehan modal lengkap dan sempurna? Bersahabatlah dengan orang-orang yang memiliki modal (simbolik, ekonomi, sosial dan budaya), maka kita akan mendapatkan the way of life dari mereka. Disitulah mekanismenya, yaitu interaksi yang berulang akan menghasilkan pikiran dan tindakan berulang, karena kita adalah bagaimana pola bergaul dan bersahabat.
Namun suatu persahabatan adalah sesuatu yang sakral dan selalu penuh dengan  misteri, karena persahabatan bukan hitungan matematika dan tidak bisa direncanakan apalagi dengan kepura-puraan. Persahabatan pada titik sejati yang melibatkan hati, perasaan dan pikiran yang tidak bisa diuraikan oleh konsep modal. Persahabatan adalah karunia illahi yang dikuatkan oleh perasaan (vibration) yang tidak bisa dirubah dengan apapun, kecuali atas kehendak sang Khaliq. 

DERS, 10/17/18

No comments:

Post a Comment