Sifat Manusia; ingin mendapatkan kapital lengkap
dan sempurna
(Renungan dalam menjaga semangat kehidupan
dan persahabatan)
Dalam suasana tidak nyaman yang
dirasakan saat ini, saya mencoba merenung dan mencari secercah solusi di relung
pemikiran terdalam. Apa sebenarnya hakekat kehidupan manusia? Diusia yang
hampir menginjak 50 (lima puluh) tahun ini, saya seharusnya sudah bisa dengan
jernih menata ruang pikiran dan hati. Karena di usia yang sudah tidak muda ini,
kalau tidak dikatakan cukup matang secara pengalaman dari terpaan pahit
manisnya kehidupan yang telah mengajarkan banyak hal. Apa sebenarnya yang masih
harus dicari? Berbahagialah bagi yang telah menemukan “pencarian” itu, selagi saya
masih memperjuangkannya. Angan saya kemudian menangkap sebersit kata dalam
jutaan nomenklatur di computer kepala
tentang dinamika kehidupan manusia, yaitu adanya hasrat atau keinginan (willingness) keduniawian.
Hasrat atau keinginan dalam
pandangan Maslow tentang teori kebutuhan atau hierarchy of need menurut saya masih terlalu umum dan luas untuk
menjelaskan dan membedah isi pikiran sederhana namun mengusik ini. Maka dalam
membedah terminology hasrat atau
keinginan tersebut, saya ingin fokus pada pandangan Bourdieu melalui konsep capital atau modal.
Sebelum mengupas tentang
konsep capital atau modal, sebaiknya saya memberikan sedikit ilustrasi tentang
Bourdieu. Nama lengkapnya adalah Pierre Bourdieu, dilahirkan pada 1 Agustus 1930 di Denguin,
Prancis dan meninggal pada 23 Januari 2002 di Paris, Prancis. Bourdieu dikenal
sebagai seorang intelektual publik yang lahir dari pengaruh pemikiran Emile Zola dan Jean-Paul Sartre. Konsep-konsep yang dikembangkannya sangat berpengaruh di dalam
analisis-analisis sosial maupun filsafat di abad ini. beberapa konsepnya adalah
habitus, arena, capital, pendidikan, pembedaan (distinction), dominasi
simbolik, bahasa, dan perubahan sosial yang
semuanya ditulis dalam Bahasa Perancis.
Kembali kepada konsep capital (modal), Bourdie secara tegas
membagi menjadi 4 (empat), yaitu modal budaya (cultural capital), modal ekonomi (capital economy), modal sosial (capital
social) dan modal simbolik (symbolic capital).
Keempat modal itulah dalam pandangan Bourdieu yang menjadi keinginan manusia
untuk dimiliki secara lengkap dan sempurna. Apakah bisa? Tentu saja manusia
bisa memiliki ke 4 (empat) modal tersebut. Hanya tergantung prosentase
kepemilikannya, ada yang memiliki modal tersebut secara lengkap dan sempurna,
ada yang sebagian lengkap dan tidak sempurna dan lain sebagainya. Bagaimana pengertian
lengkap dan sempurna? Di poin inilah saya ingin mencontohkan dengan mengurai
kegundahan pencapaian modal tersebut.
Secara sederhana perjalanan
kehidupan dan karier saya bisa dikalkulasi secara kualitatif bahwa diantara ke
4 (empat) modal tersebut, maka modal budaya dan modal sosial yang saya miliki lebih
unggul dibandingkan dengan modal ekonomi dan modal simbolik. Modal budaya
terkait ilmu pengetahuan yang diperoleh dan pengalaman, khususnya jika
dikaitkan dengan arena berupa interaksi di dunia internasional. Sementara modal
sosial terkait dengan kuantitas jaringan (network) maupun persahabatan. Modal sosial
lebih tepat dimiliki karena sifat extrovert,
mudah bergaul (supel) dalam
bersosialisasi. Lalu bagaimana dengan modal ekonomi dan modal simbolik? Saya secara
sadar memiliki keduanya, namun tidaklah sekuat modal budaya dan modal sosial. Modal
ekonomi yaitu sesuatu yang bersifat finansial (uang, tabungan), kebendaan
(rumah, kendaraan, tanah, dll) dan modal
simbolik berkaitan dengan jabatan atau posisi karier.
Dalam uraikan saya diatas,
disebutkan bahwa modal budaya dan modal sosial lebih unggul dibandingkan dengan
modal ekonomi dan modal simbolik. Lalu, apakah bisa dirubah untuk menjadikan modal
ekonomi atau modal simbolik lebih unggul dari modal lainnya? Apapun rencananya,
tentu saja bisa menetapkan modal mana yang mau dikumpulkan atau diperkuat. Namun
sepenuhnya harus disadari bahwa tidak semua modal tersebut bisa dicapai secara
lengkap dan sempurna dalam waktu bersamaan. Apakah ada orang yang berhasil
mencapai semua modal itu dengan lengkap dan sempurna? Tentu saja ada dan bisa
dilihat contoh tersebut disekeliling, baik atasan atau pimpinan, rekan sekerja
atau bahkan bawahan kita. Dan itulah yang dicari semua orang, mendapatkan semua
modal secara lengkap dan sempurna atau kuat.
Dari keempat modal tersebut,
Bourdieu menyarankan untuk memperkaya dan mengumpulkan modal budaya
(pengetahuan dan pengalaman). Menurutnya dengan modal budaya, kita bisa
mendapatkan modal lain dengan benar secara etika dan beradab. Walaupun dewasa
ini, dengan modal ekonomi, manusia bisa dengan
mudah mengubah (convert) melalui cara
membeli modal budaya (membeli ijasah), mengembangkan habitus “bossy” untuk mendapatkan modal sosial bahkan
melakukan praktek politik uang untuk mendapatkan modal simbolik. Sementara untuk
mendapatkan modal simbolik yang merupakan the
highest achievement, orang harus berjuang dan berupaya melalui akumulasi
modal yang lain.
Perjalanan kehidupan
tidaklah seperti hitungan matematika yang serba pasti, namun tetap melalui
sebuah proses berfikir yang kita sering sebut rencana atau planning. Kita bisa saja merumuskan rencana, modal mana yang akan
kita perkuat atau kumpulkan. Akumulasi modal sosial yang kuat, ternyata bisa
untuk mendapatkan modal ekonomi, modal budaya bahkan modal simbolik. Seperti
seorang yang memiliki jaringan kuat, baik pemerintahan, politik, internal
maupun eksternal sebuah institusi tiba-tiba memiliki modal simbolik. Maka komentar
orang-orang akan mengatakan, “pantas,…karena dia memiliki jaringan yang luas”.
So, bagaimana mekanisme untuk
mewujudkan perolehan modal lengkap dan sempurna? Bersahabatlah dengan
orang-orang yang memiliki modal (simbolik, ekonomi, sosial dan budaya), maka
kita akan mendapatkan the way of life
dari mereka. Disitulah mekanismenya, yaitu interaksi yang berulang akan menghasilkan
pikiran dan tindakan berulang, karena kita adalah bagaimana pola bergaul dan
bersahabat.
Namun suatu persahabatan adalah
sesuatu yang sakral dan selalu penuh dengan misteri, karena persahabatan bukan hitungan
matematika dan tidak bisa direncanakan apalagi dengan kepura-puraan.
Persahabatan pada titik sejati yang melibatkan hati, perasaan dan pikiran yang
tidak bisa diuraikan oleh konsep modal. Persahabatan adalah karunia illahi yang
dikuatkan oleh perasaan (vibration) yang
tidak bisa dirubah dengan apapun, kecuali atas kehendak sang Khaliq.
DERS, 10/17/18
No comments:
Post a Comment