Neo-colonialism di Jayawijaya,
Wamena;
Sepenggal cuplikan perjalanan
Bli Ambo yang
sangat sangat menarik
Pelatihan Lebah Madu di Wamena
Cerita datang dari rekan kerja saya di Binmas Noken namanya
I Made Ambo Arjana. Menilik dari namanya, tentu Ambo (panggilan populernya)
bukanlah orang asli Papua, Jawa, Batak atau Sunda. Ya, tentu saja Made Ambo,
biasa saya panggil Bli Ambo merupakan orang asli dari pulau Dewata, Bali.
Kepadanya Binmas Noken mempercayakan sebagai Kanit (Kepala Unit) Pendidikan.
Penunjukannya bukan tanpa alasan, Bli Ambo dikenal dengan pengalaman dan passion-nya di dunia pendidikan,
khususnya pendidikan Polri. Performanya yang tegas, lugas, supel, enak diajak
bicara dan berwawasan, memang mendukungnya layak terjun di bidangnya sebagai
trainer “Polisi Pi Ajar”.
Kisah unik ini terjadi pada akhir Mei 2018, ketika saya
kembali ke Jayapura setelah mengikuti ujian “Seminar Hasil Penelitian” pada program
Doktoral di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian). Selama pelaksanaan ujian, rekan-rekan di
Satgas Binmas Noken memang tidak ingin mengganggu konsentrasi saya menghadapi
ujian. Sehingga pada saat kembali bersama mereka di Papua, kamipun saling
berbagi informasi perkembangan kegiatan. Diantara berbagai laporan Bli Ambo
tersebut, perhatian saya terfokus pada satu peristiwa yang cukup mengusik, sangat
mengganggu, sekaligus unik dan bahkan menarik.
Bli Ambo menjelaskan, “Komandan,..kami
baru saja memberikan pelatihan budi daya lebah madu bagi Kampung Hone Lama Dua,
Kampung Yagara dan Kampung Walelagama
serta penyerahan koloni lebah “Afis
Malevera” dari Cibubur, Bogor”.
Menurutnya masyarakat sangat
antusias mengikuti pelatihan, bahkan begitu
antusiasnya sehingga pelatihan yang dijadwalkan hanya sampai pukul 13,00 WIT menjadi
mundur hingga pukul 17.30 WIT. Hal inipun terjadi hingga keesokan harinya
sampai pada acara penutupan latihan sangat sore dari jadwal yang ditetapkan.
Semangat Bli Ambo terpancar sekali menceritakan
bagaimana apresiasi dan tanggapan masyarakat Wamena dengan pelatihan lebah madu
yang di agendakan oleh Binmas Noken. Hal menurutnya hal
menarik tersebut diantaranya; Pertama, masyarakat
yang mengikuti pelatihan hadir lengkap hingga penutupan, pelatihan biasanya jumlah peserta berkurang dari waktu ke waktu; Kedua. Perwakilan
masyarakat menyapaikan rasa haru dan terimakasih karena merasa derajatnya sebagai manusia diangkat oleh
Kapolri melalui program Binmas Noken; Ketiga, tanpa
memberitahu tim Binmas Noken, ternyata masyarakat mempersembahkan kenang-kenangan
berupa “NOKEN” kepada seluruh tim, sehingga membuat suasana
sangat menyentuh; dan Keempat, pada saat Kepala
Dinas Pertanian Dan Peternakan Kab. Wamena
memberikan sambutan, tidak ada satupun peserta yang memperhatikan, acuh bahkan suara gaduh mulai timbul. Kondisi ini sangat berbeda ketika Bli
Ambo
menyampaikan laporan, hampir
seluruh peserta pelatihan terlihat fokus menyimak dan memperhatikan. Hal ini tentu saja membuat Bli Ambo penasaran, ada apa
sebenarnya yang terjadi? Mengapa masyarakat bersikap seperti itu? Maka setelah
selesai acara, disempatkannya menanyakan
mengapa terjadi hal itu. Dan jawabannya sungguh mengejutkan, “Dong tipu itu, Bapa,
kata salah satu aparat kampung sambil menepuk pundak saya”, tegas Bli Ambo menginformasikan.
Cerita Bli Ambo diatas, menurut saya belum cukup menarik…Nah, kita simak bagian menariknya.
Demo;
Giat illegal Polri dan Virus Lebah Madu
Dengan tetap semangat diselingi canda, Bli Ambo terus melanjutkan
laporannya, bahwa seminggu setelah meningalkan wamena
dengan segudang rasa bangga dan haru atas
sambutan dan antusias masyarakat Wamena, tim melanjutkan program
Satgas Binmas Noken di Timika bersama untuk beberapa kegiatan yang telah dirintis sebelumnya, yaitu rencana membuat kandang
babi dengan kapasitas 100 (seratus) ekor.
Tepat
pada 17 Mei 2018, pada saat dikusi tentang
berbagai hal yang harus segera dilaksanakan
di Timika, tiba-tida
melalui telephone Kasat Binmas Polres Jayawijaya, IPTU
Suma dengan kepanikan
tingkat dewa menyampaikan bahwa “..telah terjadi demo besar-besaran
oleh kelompok masyarakat yang sedang mengikuti pelatihan budidaya lebah madu di
wamena yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Dan Perikanan Kabupaten Jayawijaya!!!” Demo tersebut
menolak adanya bantuan lebah
dari luar Wamena (Cibubur) karena jenisnya berbeda dan pelatihan yang
dilakukan oleh Polri adalah illegal. Masyarakat menuntut Polri untuk
memperbaiki ekosistem di Wamena, karena menurut mereka Lebah Madu dari Cibubur bisa
menyebarkan virus yang dapat membunuh semua lebah lokal di wamena.
Bli Ambo mengatakan bahwa pada saat dia yang sedang berada
di Timika, sedapat mungkin memberikan penjelasan melalui telepon kepada Pihak Pemda
Wamena, yang kemudian diketahui bernama Ibu Jumat (sinonim English) sebagai Kepala Bidang Peternakan Dan
Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Dan Perikanan Kabupaten Jayawijaya. Dengan nada
kencang dia bertanya kepada Bli Ambo “Mengapa Bapak
mendatangkan lebah dari luar Wamena tanpa koordinasi dulu dengan kami di Dinas
Pertanian?”, “Apakah
lebah Madu yang Bapak datangkan
tersebut ada dilengkapi
surat-suratnya?”
Keahlian bercerita Bli Ambo tersebut sempat membuat tensi saya
naik…
Namun, Bli Ambo segera melanjutkan laporannya, dengan
nada tetap kontrol dijawabnya
pertanyaan Ibu Jumat tadi, “Siang Ibu, saya Ipda
Made dari Binmas Noken Polri, mohon maaf sebelumnya
untuk peristiwa ini. Untuk
pelatihan budi daya lebah di Wamena ini kami mengundang
Kepala Dinas Pertanian Dan Perikanan untuk membuka dan menutup pelatihan. Beliau
hadir dan saat itu juga beliau
berkomunikasi dengan trainer dari Cibubur
bahkan turut serta menyerahkan koloni lebah itu
kepada masyarakat binaan, jadi untuk kordinasi sudah kami lakukan, Ibu”.
“Ooohhh,… begitu”, balas Ibu Jumat
sambil melanjutkan bertanya “jadi apakah lebah yang bapak bawa itu ada
ijinnya?”, “Iya
dong Bu, kami ada surat rekomendasi
kesehatan hewan dan karantina dari Kementrian Peternakan”.
Percakapan Bli Ambo dengan Ibu Jumat selanjutnya melalui
saluran WA dan dia segera memutuskan untuk ke Wamena keesokan harinya. Dengan
pesawat Trigana Air dirinya
berangkat ke Wamena dengan tujuan
menyelesaikan permasalahan lebah madu sambil
melakukan pengecekan beberapa spot
(area) binaan Binmas Noken di wamena. Tak ayal, setibanya di Wamena maka Bli Ambo langsung
mengunjungi lokasi kelompok
tani binaan sambil mendengarkan pendapat dari tim Binmas Noken Wamena terkait
permasalahan lebah madu. Anggota
tim, Brigadir Sam Saiba yang hadir mengikuti pelatihan lebah
madu yang diselenggarakan oleh dinas pertanian memberikan penjelasan tentang sepak terjang Ibu
Jumat yang mendatangi spot binaan dan
melakukan “provokasi” kepada masyarakat. Beberapa petani dan masyarakat
binaan membenarkan dan juga kurang respek
atas kehadir Ibu Jumat di spot
binaan. Dengan informasi tersebut, Bli Ambo bersama tim
Binmas Noken menghadap Kasat Binmas
Polres dan Kapolres Jayawijaya untuk menjelaskan
permasalahan yang ada.
Kapolres Jayawijaya segera melakukan pemeriksaan terhadap Ibu Jumat terkait
pernyataannya yang provokatif dan mengundang
kelompok
tani untuk demo serta mengatakan
bahwa program Binmas Noken adalah
program liar (illegal) dan membawa lebah
menyebar virus. Penyidikpun segera menindaklanjuti investigasi terhadap
Ibu Jumat dengan meminta keterangan
dari berbagai pihak. Sementara
proses penyelidikan tersebut berjalan, Bli
Ambo beserta tim kembali ke Posko di Jayapura untuk
mempersiapkan pelatihan peternakan babi di wamena.
Pada hari Kamis, 24 Mei 2018, tim Binmas Noken bersama
drh. I Nyoman Polos dari Dinas
Peternakan Provinsi Papua memberikan materi budi daya ternak babi tiba di
Wamena. Pelatihan dilakukan di kampung
Yagara, Distrik Walesi bagi
masyarakat di 3 kampung yaitu Kampung Yagara, Honelama dua dan Kampung
Walelagama. Ketika turun dari mobil,
Tim Binmas Noken langsung disambut oleh Kepala Dinas
Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Jayawijaya yang sengaja diundang untuk
membuka pelatihan ternak babi.
Diluar dugaan Bli Ambo, Pak Kadis dengan sedikit
canggung membicarakan masalah penyelidikan
polisi yang dilakukan terhadap bawahannya, yaitu Kabid Pertanian, Ibu Jumat. Pak Kadis meminta
solusi terbaik bagi penyelesaian
masalah tersebut sambil memanggil Ibu Jumat untuk mendekat
dan bergabung dengan mereka untuk diskusi. Terkait masalah
investigasi polisi terhadap Ibu Jumat, sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme penyidikan,
namun Bli Ambo berjanji untuk membantu mencarikan solusi pemecahannya.
Selesai acara pelatihan dan di tempat terpisah, Bli
Ambo kemudian menjelaskan tentang tujuan dibentuknya Satgas
Binmas Noken Polri. Bahwa Pimpinan
Polri merancang program ini untuk pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat, karenanya sangat penting
bagi Polri untuk bisa membangun
sinergitas dengan stakeholders’ terkait. Pada kesempatan itu Pak Kadis kembali
menegaskan dukungannya terhadap program Kapolri tersebut dan siap bekerjasama
secara langsung dengan Binmas Noken. Demikian halnya Ibu Jumat, selain meminta maaf, juga siap untuk mendukung program Polri dan
menyatakan tidak akan memprovokasi
masyarakat apalagi untuk
melakukan demo.
Walaupun pada akhirnya, perjalanan dari komitmen
tersebut terwujud berupa kerjasama antara Kadis Pertanian dan Peternakan beserta
stafnya dengan Binmas Noken Polri, namun terlihat adanya dominasi bersifat relasi
kuasa. Pertama, selama ini masyarakat petani lebah madu di Wamena merasa belum
pernah mendapat pelatihan dan cenderung terabaikan. Bukankah itu sama saja dengan bentuk penjajahan
model baru? Artinya bahwa Kabid Peternakan, Ibu Jumat yang memiliki kuasa di ranah
tupoksi, tidak sepenuhnya menjalankan tugas dan fungsinya untuk masyarakat.
Kedua, seandainya Tim Binmas Noken tidak fokus akan tujuan dan tidak memiliki
relasi, maka sebenarnya kasus “provokasi” dan “penyebaran berita palsu” tadi tetap
akan diproses atau bahkan penyidik bisa menemukan unsur pidana “korupsi” pada
proyek-proyek pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat yang dijalankan oleh
Kabid Pertanian, Ibu Jumat. Itulah yang saya maksud dengan Neo-colorism di Pemerintahan Wamena.
DERS 10/15/18
No comments:
Post a Comment